MENGHADAPI KRISIS
HABAKUK 3:18
“NAMUN AKU AKAN BERSORAK-SORAK DI DALAM TUHAN, BERIA-RIA DI DALAM ALLAH YANG MENYELAMATKAN AKU.”
Kata bersorak-sorai dalam bahasa Ibrani adalah Gil yang berarti “to spin around with intense motion”, yang berarti menikmati masa-masa krisis dalam penyertaan Tuhan. Kitab Habakuk ditulis sekitar abad 7 SM ketika Nebukadnezar dari Babel akan menyerbu Kerajaan Yehuda pimpinan Raja Yoyakim. Kitab 2 Raja-raja 24-25:30 menulis bahwa Babel membawa banyak orang Israel sebagai tawanan, di antaranya Daniel dan ketiga sahabatnya.
Ketika Raja Zedekia berusaha membebaskan Yehuda dari kekuasaan Babel 11 tahun kemudian, Nebukadnezar dengan marah mengepung Yerusalem, membakar Bait Suci, menghancurkan seluruh kota serta membawa sebagian besar penduduknya yang masih hidup sebagai tawanan ke Babel. Habakuk mungkin hidup sepanjang sebagian besar atau seluruh masa hukuman Yehuda. begitu banyak krisis yang dihadapi oleh habakuk, pertanyaannya sekarang, Apa yang Anda lakukan, ketika krisis datang selama bertahun - tahun?
BERTAHAN DALAM IMAN DAN PENGHARAPAN
Anda sudah berdoa dengan tekun, tetapi apa yang Anda harapkan tidak kunjung menjadi kenyataan, Kepada siapa kita berpaling ketika prospek masa depan tampak begitu suram? Bukankah Tuhan Maha Kuasa? Tuhan seharusnya sudah campur tangan tetapi mengapa Tuhan tidak melakukan apa-apa?
Ada hari-hari ketika kita juga merasa seolah-olah Tuhan tidak melaku- kan ap-aapa. Seperti Habakuk, kita terus bertanya kepada Tuhan, “Berapa lama?” Namun, kita tidak sendirian. Seperti Habakuk, Tuhan mendengar beban kita. Kita harus terus melemparkan mereka kepada Tuhan karena Dia peduli pada kita. Tuhan mendengar kita dan pada waktunya,akan memberikan jawaban. Apa yang dihadapi oleh Nabi Habakuk dan bangsa Israel waktu itu berada di luar kendali mereka. Mereka takut akan benca- na lebih besar yang akan datang menghu- kum mereka (Hab. 3: 16-17). Namun, di tengah-tengah kekacauan itu,Habakuk memilih untuk tetapberpegang pada imannya (2: 4) dan bersuka cita dalam Allah (3:18).
Dia tidak menempatkan keyakinan dan imannya dalam keadaan, kemampuan, atau sumber dayanya, tetapi dalam kebaikan dan kebesaran Allah. Kepercayaannya kepada Tuhan memaksanya untuk menyatakan: “Allah Tuhanku itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku.”(ayat 19). Ketika kita dihadap- kan pada keadaan yang sulit: penyakit, krisis keluarga, masalah keuangan, kita juga harus menempatkan iman dan kepercayaan kita kepada Allah. Dia bersama kita, dalam segala hal yang harus kita hadapi.
BERFOKUS KEPADA KRISTUS
Nabi Habakuk menolak untuk membiarkan keadaan melemahkan imannya atau meng hancurkan harapannya. Dia memandang ke masa depan bukan dengan ketakutan atau pesimis, tetapi dengan iman kepada Tuhan. Bahkan jika dia kehilangan semua harta miliknya, Habakuk menyatakan bahwa dia akan terus mempercayai Tuhan untuk memenuhi kebutuhannya (ayat 17- 19). Demikian juga, mata kita harus fokus pada Tuhan, bukan pada keadaan kita. Seperti
Habakuk, ia mungkin memiliki daftar masalah yang panjang, namun imannya menyatakan: “Namun aku akan bersorak-sorak di dalam Tuhan, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku.” (ayat 18). Maka dari itu, tetaplah bersukacita dalam Tuhan meski hasil yang diharapkan tidak menjadi kenyataan. Tuhan akan melatih kaki dan tangan kita menjadi ahli dalam peperangan (Habakuk 3). Dan pada saatnya, kita akan menuai apa yang kita tabur. Tuhan Yesus memberkati.
Menghadapi Krisis |